Sabtu, 02 Februari 2013

ADRIAN


Anak itu diam, menatap kami sambil sesekali tersenyum. Sore itu kami sedang mencabut rumput halaman. Aku, kakakku, mamaku, dan paman-ku (kami memanggilnya sesuai dengan bahasa melayu, wak yong). Kami asyik bercerita sampai tidak mengetahui keadaan sekitar, dan tiba-tiba anak itu masuk dan membantu kami mencabuti rumput. Dia, mencabut rumput dengan berbagai gaya, yang sebenarnya tidak terlalu membantu. Tapi cukup lucu melihat caranya mencabut rumput itu.
Aku baru tahu, dia adalah anak tetanggaku. Aku memang kurang akrab dengan para tetanggaku. Baru kuketahui juga, dia merupakan anak angkat dari pembantuku. Ayah dan ibunya meninggalkan dia sejak kecil. Anak dengan umur kira-kira 4 tahun. Dia anak yang sangat sering berdiam diri di depan pagar rumah kami, setiap kali ayah pulang dengan mobil, dia selalu berlari dari rumahnya. Dia melihat ayah memarkir  mobilnya sampai ke garasi.
“makan bakso aahhh..” tiba-tiba anak itu bangkit. Tapi dia diam. Dia terus tersenyum.
“oh iya? Mau makan bakso? Yaudah.dek ambilkan dulu uang 1000 di kamar mama.kasikan sama dia.” Kata mamaku kepadaku,
“iya ma” aku pun masuk ke dalam rumahku, mengambil Rp.1000 rupiah, dan kemudian keluar dan memberikan kepadanya.
“yeeeee…!!” katanya, kali ini tertawa.dia langsung lari keluar dari celah pagar rumahku. Dia kelihatan bahagia sekali dengan uang Rp.1000 rupiah itu.ya ampun, aku selama ini selalu meremehkan uang itu. Aku nggak menganggap uang itu terlalu berharga. Tapi anak itu-sangat berbeda. Dia tersenyum senang, berlari-lari menuju tukang bakso yang ada di depan rumahku, dan membelinya. Dia makan dengan lahap. Itu pemandangan yang membuat tenggorokanku tercekat. Anak itu.. aku gak tau lagi harus berkata apa.

Selesai makan, dia kembali memasuki pagar rumahku lewat celah-celahnya.dia duduk di pinggir taman kami, melihat kami dengan seksama.

“satu..dua..tiga..empat..lima.. enam..tujuh..lapan.. Sembilan.ehh kok Cuma Sembilan??” katanya sambil tertawa. Dia menghitung jarinya kembali “satu..dua…tiga..empat..lima…enam..tujuh..lapan.betol kan kak?” katanya. Aku tersenyum melihat tingkahnya itu

“10 jarinya. Coba itung bener-bener lagi” kataku
“satu..dua..tiga..empat..lima..enam..tujuh..lapan..sembilan..sepuluh…sebelas..dua belas..enam be..”
“ehh kok enam belas? Tiga belas!” kata mamaku tiba-tiba
“eh iya bu? Salah ya buk hehehee”
“namanya siapa?” kata wak yong,
“hehehehehehehhe” dia tertawa lagi
“ehh namanya siapa??” kata kakakku
“risky kak..hehehehhe”
“nggak. kata si epa bukan itu namamu. Siapa namamu? Ada si epa bilang tapi ibu lupa”
“hehehe…adriaaan” 
“oooh adriaan” kataku dan kakakku bersamaan.
Setelah itu, wak yong memutuskan untuk mencuci kereta. Adrian, masih mencabuti rumput kami dengan berbagai gaya.  Walaupun tidak cukup membantu tapi cukup menghibur di tengah kesibukanku hari ini.
“dek belikkan dulu sapu ya. Uangnya punya adek dulu.”
Aku pun memasuki rumahku, Adrian mengikuti. Jujur, aku agak khawatir saat itu. Takut dia merusak barang. Tapi dia hanya melihat, dan sekali lagi, sambil tersenyum.hatiku terenyuh kembali.ya.. hidup anak ini berat, tapi dia belum menyadari itu. Aku cukup bangga dengan Adrian.dia cukup sopan, selalu tersenyum dan mudah akrab.
“itu dia mobilnya! Mobil hitam. Mobil merahnya kemana kak?”
“di bawa uwak kerja”
“ohh hehehehe” katanya masih dengan tawaan.
Aku keluar dari rumah, membeli sapu lidi dan menyerahkannya ke mama. Setelah itu aku duduk di depan teras rumahku, memakan beberapa gorengan yang kami beli. Aku lihat lagi Adrian. Kali ini dia sedang membantu wak-yong mencuci keretanya. Dia terlihat sangat bersemangat. Memutar-mutar ban kereta wak yong.
“dengarkan aku…” tiba-tiba mama menyanyikan lagu peterpan-separuh aku
“DENGARKAN AKUUUUU…” Adrian mengulangi nyanyian mama, tapi dengan suara lebih keras. Kami tertawa tebahak-bahak melihat itu. Anak ini memang sungguh lucu, pikirku. Mama dikalahkan oleh anak kecil. Dan belum cukup itu saja, tiba-tiba dia menyeletuk “WAK YON…WAK YOON…” ntah apa yang dibicarakannya dengan wak yong. Yang pasti kami tertawa keras setelah itu. Lucu sekali melihat dia begitu.
                                     
Masih ada banyak kelucuan yang dibuat anak itu, tapi bukan saja kelucuan.aku juga mendapat banyak hikmah dan pelajaran berharga dari sebuah cerita kecil ini. Anak itu mengajariku untuk lebih menghargai hidup. anak itu juga mengajariku untuk bekerja keras. Sekarang aku bakal berusaha untuk jadi orang yang lebih baik lagi. J


4 komentar :

assalāmu `alaykum~
untuk yang udah baca, wajib koment ya,, dan yang belum baca, wajib koment juga. yang suka tulisannya, wajib koment, dan yang ga suka juga, wajib komen. hehehe. makasih ya udah baca blog saya! oh iya, komennya ada syaratnya ya, gampang kok!!

1.tidak mengandung unsur SARA ataupun Pornografi. komentar apapun yang mengandung kedua unsur itu akan langsung admin hapus.
2. kalau bisa, berilah komentar yang membangun. kritik lebih tepatnya. saya memang suka pujian, tapi saya lebih memerlukan kritik agar saya bisa membuat blog saya lebih bagus. setiap kritik anda sangat berharga bagi saya.
3.tidak ada SPAMMER disini. oke?
4.tolong jangan berikan link hidup ataupun komentar yang berbau promosi suatu produk/barang/blog kalian. boleh kasih link tulisan blog kalian tapi yang memang berhubungan dengan tulisan yang saya tulis.
5.komentarlah dengan ikhlas. kalau mau saling follow, ada baiknya dikatakan melalui social media saja. social media saya ada di paling atas sebelah kiri blog ini.
6. dimohonkan kedewasaannya untuk menaati peraturan di blog ini, oke? makasih buat waktunya :D salam #Invasi!!

Tujuanku adalah menciptakan masa depan
Protected by Copyscape Web Plagiarism Finder