"hunuskan pedang itu" perintah raja
dia terdiam, tak mampu mengucap sepatah katapun. tubuhnya bergetar, tangannya dingin. dia sadar, dia tidak bisa melakukan itu.
"hunuskan pedang itu, jendral. tidak dengarkah kau?" sang raja mulai naik darah.
perlahan dia menggenggam pedang itu. dilihatnya betapa tajamnya pedang itu. dicobanya mengangkat benda itu perlahan. tidak bergerak. di cobanya sekali lagi. berhasil. tapi dia tidak sanggup melakukan ini. tidak bisa
"HUNUSKAN PEDANG ITU ATAU AKU YANG AKAN MENGHUNUSNYA SENDIRI!" bentak sang raja.
dengan sepersekian detik, jendral itu memutuskan akan menghunuskan pedangnya. segera diangkatnya pedang itu, dan dihunuskannya ke tubuh itu.. darah segar keluar perlahan dari tubuh itu..
lalu dilihatnya orang itu. wajahnya menunjukkan keterkejutan yang amat sangat. tapi, sebelum sempat berkata-kata, ruh-nya sudah pergi meninggalkannya.
"maaf, tuan. aku tidak bisa melakukannya. orang ini belum pantas untuk mati. masih banyak yang harus dia lakukan untuk bumi ini. sedangkan tuan memang sudah saatnya untuk mati. orang-orang seperti tuan, yang menganggap sebuah nyawa itu sebagai suaatu permainan, adalah orang-orang yang celaka. tuan memang sudah sepantasnya mati. tapi aku tidak, nyawaku akan lebih dihargai dari nyawamu itu" sang jendral berkata dalam hatinya.
dan begitulah, ketika nyawa dianggap sebagai sebuah permainan.. bisa-bisa orang lain mendapat kerugian, atau kau sendiri yang akan mendapat kesengsaraan
Penasaran? Lanjut..
»»
dia terdiam, tak mampu mengucap sepatah katapun. tubuhnya bergetar, tangannya dingin. dia sadar, dia tidak bisa melakukan itu.
"hunuskan pedang itu, jendral. tidak dengarkah kau?" sang raja mulai naik darah.
perlahan dia menggenggam pedang itu. dilihatnya betapa tajamnya pedang itu. dicobanya mengangkat benda itu perlahan. tidak bergerak. di cobanya sekali lagi. berhasil. tapi dia tidak sanggup melakukan ini. tidak bisa
"HUNUSKAN PEDANG ITU ATAU AKU YANG AKAN MENGHUNUSNYA SENDIRI!" bentak sang raja.
dengan sepersekian detik, jendral itu memutuskan akan menghunuskan pedangnya. segera diangkatnya pedang itu, dan dihunuskannya ke tubuh itu.. darah segar keluar perlahan dari tubuh itu..
lalu dilihatnya orang itu. wajahnya menunjukkan keterkejutan yang amat sangat. tapi, sebelum sempat berkata-kata, ruh-nya sudah pergi meninggalkannya.
"maaf, tuan. aku tidak bisa melakukannya. orang ini belum pantas untuk mati. masih banyak yang harus dia lakukan untuk bumi ini. sedangkan tuan memang sudah saatnya untuk mati. orang-orang seperti tuan, yang menganggap sebuah nyawa itu sebagai suaatu permainan, adalah orang-orang yang celaka. tuan memang sudah sepantasnya mati. tapi aku tidak, nyawaku akan lebih dihargai dari nyawamu itu" sang jendral berkata dalam hatinya.
dan begitulah, ketika nyawa dianggap sebagai sebuah permainan.. bisa-bisa orang lain mendapat kerugian, atau kau sendiri yang akan mendapat kesengsaraan